Not so fast. You’re not graduating until I give you my diplomas. Mine are labels, and labels stick. Choi Siwon: The ultimate insider. Lee Donghae: Coward. Han Cheonsa: Weakling. And as for Gabriella Bianca, after today, you are officially irrelevant. Congratulations, everyone. You deserve it.

Gossip Girl

 

 

 

Lebanon Hills Regional Park, Dakota

12.30 a.m

No One Side

“Kau benar-benar meninggalkannya?”

“Dia menceritakan semuanya padamu?” selidikku.

“Well, kau meninggalkannya. Dia panik. Keadaannya kacau sekali, untuk pertama kalinya aku melihat Donghae seperti itu. Dan satu hal, ia menangis.”

Aku terpana mendengarnya. Bagaimana bisa? Bahakan ia tak mengeluarkan air mata sedikitpun saat ayahnya menginggal. Bahkan aku rasa menangisiku tidak ada dalam kamus hidupnya.

“please stop talking about him.” Ucapku tegas.

O.K., aku menghubungimu sebenarnya untuk mengingatkanmu untuk menghadiri White-Wine-Party. Aku sudah mempersiapkan segalanya dengan baik. Jadi jangan rusak mood-ku hanya karena kau tak menampakkan batang hidungmu.”

“Aku tidak berencana pergi kemanapun” tolak Cheonsa keras kepala.

“Ayolah, aku mohon. Aku tidak menerima alasan apapun, Han Cheonsa! Kalau kau tidak datang , jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Kau mengerti?”

Cheonsa menghela nafas saat Gabriella memutuskan sambungan telefonnya. Baiklah, dia tahu dia tidak mungkin mengabaikan sahabatnya begitu saja. Lagi pula, ia tak bisa terus-menerus bersembunyi dari Donghae.

Selama ini memang hanya Dorota dan Gabriella-lah yang terus mencoba menghubunginya, tak pernah sekalipun nama Donghae tertera dalam daftar panggilan untuknya.

Gadis itu menghela nafas lagi kemudian berjalan menuju kursi taman yang tadi ia tinggalkan. Menatap pada pria yang duduk di sampingnya dengan tatapan dengan permintaan tolong.

“Temani aku ke Germany.” Ucap Cheonsa. Pria itu mentap mata Cheonsa kemudian mengangguk.

We all like to think that we’re in the driver’s seat of our own lives. But the truth is, the idea that we can control our fate is an illusion. You can choose the most loyal friends, the dream job, the truest love. –Gossip Girl

 

 

 

 

ZUGBRÜCKE Grenzau Hotel, Koblenz, Germany

08.00 p.m

“Cheonsa, kau yakin akan pergi kesana?” tanya pria itu hati-hati, tidak bisa memahami isi otak Cheonsa.

Gadis itu mengenakan gaun hitam panjang rancangan Steffano Gabbana dengan belahan dada cukup rendah, dan bagian punggung yang diekspos dengan sangat jelas. Rambutnya yang disanggul longgar ke atas, memperlihatkan leher jenjangnya.

“Kenapa?” tanya Cheonsa sambil melipat tangannya di depan dada.

“Bodoh. Kau ingin Lee Donghae-mu membunuhku ketika melihatku bersamamu?”  runtuk pria itu.

“Pikirkanlah bagaimana cara menyelamatkan diri dari Andrew saat ia melihatmu nanti.” Ucap gadis itu dingin.

I guess it’s time for me to accept that if you want something badly enough you have to go out and get it yourself. –Gossip Girl

 

 

 

 

Electoral Palace, Schängel Centre, Koblenz, Germany

The Royal White-Wine Party

“Jadi dia juga tidak mengatakan apapun padamu?”

Gabriella menggelengkan kepalanya, merasa tidak enak saat melihat raut wajah Donghae yang frustasi.

“Kau baik-baik saja Hae?” tanya Jenny menyadari keadaan Donghae yang sangat kalut.

“Membosankan” gerutu Kim Heechul, sahabat Gabriella yang sedang sibuk menatap ke sekeliling ruangan. “Aku rasa para tamu pasti bertanya-tanya dimana Queen-Bee itu sekarang. Well, dimana Cho Kyuhuyun, aku tidak melihatnya.”

Siwon mengangkat bahunya. “Dia kembali ke London untuk mengrus kepindahannya ke Manhattan. Kalau tidak, gadis itu akan terus merengek seperti bayi.” Seketika Gabriella mendelik padanya.

“Welcome hell!!!” Heechul syok dengan apa yang ia lihat di pintu masuk, membuat ke empat orang di sampingnya ikut menoleh.

Kyuhyun mengepalkan tangannya saat melihat Cheonsa memasuki ruangan sambil menggandeng tangan seorang pria. Dan pria itu………….

“Astaga, Kim Jaejoong” rutuk Heechul sambil melirik Siwon takut-takut secara sembunyi-sembunyi. Ia menatap Siwon dengan pandangan apa ini sebenarnya?

“Kau mengenal pria itu?” tanya Jenny ingin tahu.

Gabriella’s ex-boyfriend. Dan bisa dikatakan…… saat itu, mereka tidak berakhir dengan baik.” Heechul berbisik di telinga Jenny. Jenny menyeringai seolah mendapat permainan baru.

Siwon menunduk, menatap tangan Donghae yang mengepal di samping tubuhnya dan bibirnya yang terkatup rapat, seolah mencoba menahan emosinya sekuat tenaga.

“Dimana Gabriella” tanya Jenny sambil menengok ke segala arah.

“Bukankah tadi ia berada di sampingmu?” Heechul cemas.

“Aku rasa lebih baik ia tidak disini.” Jawab Siwon singkat. Mencoba menekan luapan emosinya yang nyaris saja runtuh

And one false step could spell disaster. But no matter what, you still have to stay the course and forge your own path. Because there’s no going back now. And it looks like this one’s going to be the ride of our lives. XOXO —Gossip Girl.

 

 

 

 

Still at Electoral Palace, Rooftop

Gabriella duduk di pembatas atap gedung, mengambil kotak rokok, yang hanya tersisa satu batang terakhir di dalam bungkusnya. Ia mencari pematik api, namun nihil. Tiba-tiba Jenny menyodorkannya pematik ini.

“Untuk apa kau disini?” tanya Gabriella sambil mengehembuskan asap rokok yang ia hisap.

“Aku hanya ingin mmelihat keadaanmu. Setidaknya aku sudah berusaha unutk menjadi kakak ipar yang baik.”

“Kau terlalu banyak bicara kakak ipar. Jadi sekarang pergilah.” Balas Gabriella sengit.

“Han Cheonsa. Dia sahabatmu?” Jenny bertanya meremehkan, namun Gabriella seolah tak peduli. “Mari kita lihat perbedaan Gabriella kecil dengan Gabriella remaja elite saat ini. Aku rasa Cheonsa benar-benar berhasil merubahmu.”

“Tutup mulutmu!” sergah Gabriella kasar. “Kau tidak tau apa-apa tentang hidupku.”

“Oh. Sayangnya aku tau segalanya, Bianca sayang.”

“Jangan panggil aku seperti itu brengsek!” Gabriella bangkit lalu mencengkram dagu Jenny. “Atau aku akan membunuhmu!” Ia menghempaskan tubuh Jenny hingga tersungkur ke lantai. Bainca adalah panggilan Jaejoong kepadanya dahulu.

“Dengarkan aku baik-baik Gabriella. Tidakkah kau merasa Cheonsa mempermainkan hidupmu?” Jenny berteriak tepat di depan wajah Gabriella. “Cheonsa yang membiarkanmu mengenal Jaejoong, membiarkan pria itu melakuakn apapun terhadapmu. Tidakkah kau ingat?” napas Jenny menderu. “Bahkan ketika kau mengalami depresi, dialah yang memaksa orang tuamu untuk mengirimu ke panti rehabilitasi di London. Sekarang setelah semuanya normal, ia datang membawa pria itu lagi ke hadapan wajahmu. Tidakkah kau pernah berpikir?”

Gabriella menutup kedua telinganya sambil menggelengkan kepalanya gusar. “Tidak. Jangan sebut nama itu lagi. Aku mohon jangan. Please. Please” Ia terguncang, gadis itu berteriak histeris.

“Dengarkan aku, jauhi Cheonsa. Dan semuanya akan baik-baik saja. Kau mengerti?” Jenny memeluk Gabriella berusaha menenangkannya. “Aku akan menjagamu. Kau tenanglah.” Gabriella mulai tenang dalam pelukan Jenny.

Careful, G. Everybody knows the road to hell is paved with good intentions. And shady bosses. –Gossip Girl

 

 

 

 

Other Side

“Maafkan aku.” Kata Cheonsa pelan. “Aku … tidak datang ke sini karena aku ingin kembali padamu, Jaejoong menungguku.”

Donghae merasa napasnya tertahan di tenggorokan. Wajahnya terlihat putus asa, ia berbalik mencoba menatap Cheonsa yang menyandarkan tubuhnya ke balcon, ia masih menatap lurus ke arah Sungai Rheinz. Ia mencoba mencari sesuatu di balik mata indah gadisnya, sesuatu yang telah menyebabkan perubahan hatinya, sesuatu yang telah membawanya pergi dan mengabaikan rasa cintanya, menolaknya, menyangkal Donghae sebagai cinta dalam hidupnya.

Cheonsa bahkan tidak menatapnya. Tidak mau.

“Apa yang terjadi?” Kata Donghae lirih.

“Aku hanya …” Cheonsa tergagap, ia ragu. Sesuatu yang tak pernah dilakukan seorang Han Cheonsa.

Donghae menyadari hal itu. Perubahan dalam diri Cheonsa. Sejak kejadian itu, hal yang tak pernah mereka bayangkan, hadirnya bayi itu. Mungkin Cheonsa berubah pikiran, mungkin ia goyah, ia tak menginginkan bayi itu. Bayi yang kini ada dalam tubuhnya.

“Sulitkah untuk mengatakan apa yang terjadi?” Donghae berteriak padanya. Ia mencengkram bahu Cheonsa, tatapan matanya yang mengintimidasi Cheonsa untuk memberitahu apa yang terjadi.

“Tolong jangan seperti ini Donghae.” Cheonsa menghardik tangan Donghae dari bahunya.

“Jangan tinggalkan aku” bisik Donghae, seolah mengemis padanya. Cheonsa adalah kebutuhannya. Apa yang ia inginkan dalam hidup. Satu-satunya yang ia harapkan seumur hidupnya.

“Aku tidak melakukannya untuk menyakitimmu” Cheonsa berbicara dengan tenang, ekspresi dingin terukir di wajahnya.

Donghae merasa hatinya dipermainkan, ia merasa Cheonsa telah benar-benar membuangnya.

“Kau bilang tidak akan pernah pergi. Kau bilang kita akan menghabiskan sisa hidup bersama!” Dongahe berteriak marah. Cheonsa mengangguk tanpa mau menatap mata Donghae. Tak terlihat sedikitpun di wajahnya perasaan bersalah. “Dan sekarang kau … kau bahkan tidak mau menatapku. Bahkan kau tak peduli bahwa kaulah yang menghancurkan segalanya.”

“Aku memikirkan mana yang penting dan mana yang tidak. Dan aku membuat pilihan dengan apa yang aku buthkan.” Cheonsa akhirnya angkat bicara. Matanya lurus menatap manik mata Donghae.

“Jika aku tidak pernah tidur dengan Jenny, apa itu akan mengubah semuanya? Dengar, aku mencintaimu.” Donghae berkata dengan putus asa, ada ekspresi memohon di matanya.

“Cinta, bahkan perasaan itu telah hilang.” Cheonsa berkata dengan dinginnya.

Donghae tercengang mendengarnya. Han Cheonsa yang kini di hadapannya bukan Cheonsa yang ia kenal. Cheonsa yang ia kenal adalah gadis manja yang akan merengek jika apa yang ia inginkan tak terpenuhi.

“Kita tidak pernah bisa bersama-sama” Lagi-lagi Cheonsa berkata tanpa emosi. “Tolong Donghae, lupakan aku dan hiduplah dengan bahagia.”

Bahagia? Tanpa dia? Apakah Cheonsa kehilangan akal sehatnya seperti dia telah kehilangan cintanya?

“Aku tidak bisa. Sampai aku tahu alasanmu, aku tidak akan berhenti. Aku akan menggunakan semua cara untuk mencari tau. Setelah itu, aku akan menyeretmu untuk tetap di sisiku!” Dongahe berteriak putus asa.

“Maafkan aku… Berhentilah untuk membuatku kembali padamu. Kau hanya menghancurkan hidupmu.” Cheonsa mengusap air mata yang mengalir di pipi Donghae dengan kedua ibu jarinya. Ia membingkai wajah Donghae dengan tangan halusnya, memaksa Donghae untuk menatapnya.

“Hanya karena kita tidak bersama-sama,” Cheonsa bernafas berat. “Bukan berarti aku tidak pernah mencintaimu.”

Mereka menatap satu sama lain, tidak sepenuhnya memahami apa maksudnya. Sampai akhirnya, Cheonsa berbalik, dan perlahan-lahan mundur meninggalkan Donghae.

Hanya karena kita tidak bisa bersama-sama, bukan berarti aku tidak pernah mencintaimu.

Donghae masih tenggelam dalam keterpurukan kisah percintaannya. Ia menyadari bahwa cintanya kini lebih jauh dan lebih jauh lagi. Ketika semuanya telah rusak, dan dinding yang lain berdiri kokoh di antara mereka. Dan kali ini, dia tidak yakin apakah dinding itu akan roboh.

Some stories open the door for something more. And then there are fairytale endings where the girl gets her prince. And endings that turn you introspective about your own life and your place in the world. And then there’s the ending that you saw coming a mile away, and yet somehow still takes you by surprise. But don’t worry, my Upper East Side friends. This story isn’t ending. We’re just at the start of a brand new chapter. XOXO —Gossip Girl.

Jakobsberg Hotel- & Golfresort Koblenz, Germany

10.00 a.m

Donghae mengeratkan selimutnya ke sekeliling tubuh. Ia menutup telinganya saat mendengar getaran iPhone-nya di atas meja. Ia bergerak menjangkau benda itu sambil masih berbaring. Dia menggerutu sesaat, menyumpahi orang yang mengganggu tidurnya.

“Ya?” ujarnya dengan suara serak.

“Tuan, ini saya, Charlie.”

“Oh, What’s wrong?” seru Dongahe. Dia terduduk di atas ranjang, lalu beranjak ke toilet dan mendapati pantulan dirinya di cermin dengan pakaian yang ia kenakan semalam. Matanya membengkak akibat semalam.

“Terjadi sesuatu?”

“Lebih dari itu, Tuan. Aku rasa terjadi sesuatu pada Nona Gabriella. Jet pribadinya baru saja tiba di Manhattan. Dan saat ini masih jam empat pagi, Tuan.”

“Lalu?”

“Nona Gabriella dalam kondisi sangat buruk sekarang.”

“Apa begitu buruk?” tanya Donghae khawatir.

Kalau bisa dikatakan, bahkan lebih parah dari itu. Wajahnya pucat sekali, rambutnya berantakan, dan dia bahkan harus dipapah untuk sekedar berjalan. Saya  melihat ekspresi frustasi di wajahnya, sama seperti dua tahun lalu. Dan Tuan Andrew Choi langsung kembali ke California.”

“Aku akan pulang sekarang juga kalau Gabriella menangis histeris atau semacamnya.” Cukup mengerikan jika harus menemukan sahabatnya itu dalam keadaan itu. Dan semua ini terjadi tak lain karena pria itu, Kim Jaejoong. Dan sayangnya, Cheonsalah yang membawanya kembali.

Dan saya dengar, Tuan Andrew berencana membawa Nona Gabriella kembali ke Buenos Aires.

Sial. Mengapa Gabreilla harus memberikan reaksi separah itu?

The problem with hiding your sins is they always come back. On the day when some have atoned for past transgressions, a once-pure Prince can’t help but commit a new one. XOXO —Gossip Girl

 

 

 

 

Upper East Side Manhattan, NYC

From: Gosip Girl

Received a moment ago.

For the rest of the country, Thanksgiving is when families come together to give thanks. But on the Upper East Side, the holiday thankfully returns to its roots: lying, manipulation and betrayal. From what we here, Kim Jaejoong is back to the town, and someone else is being pushed out of their home. XOXO –Gossip Girl

 

Diremasnya iPhone itu setelah membaca pesan dari GG. Donghae baru saja tiba di Manhattan. Menarik napas panjang dan berjalan menuju tempat Charlie berdiri menunggunya.

“Apakah perjalanan Anda menyenangkan Tuan?” Tanya pria 40 tahun itu dengan sopan. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Donghae. Ia terlalu kalut untuk menjawab pertanyaan apapun.

“I’ll drive by myself. Kembalilah ke kantor.”

Charlie mengangguk mengerti dan menyerahkan kunci mobil kepada Donghae.

Hampir 30 menit Donghae mengelilingi kota Manhattan dengan mobil mewahnya. Pria itu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan 200 km/jam, tidak memedulikan bunyi klakson kendaraan lain. Dengan beraninya dia memotong beberapa mobil lain dengan jarak yang sangat sempit sehingga dia harus melakukan tukikan-tukikan tajam yang membuat ban mobil berdecit keras. Skill yang cukup memenuhi kriteria sebagai seorang pembalap profesional.

Ia meraih earphone-bluetooth ketika mendengar nada panggilan masuk.

“Untuk apa kau menghubungiku?”

“………………..”

“Hhmmmm” gumam Donghae.

“……………….”

“Baik. Akan aku lakukan.” Jawab Donghae singkat kemudian memutuskan sambungan telefonnya.

If you’re going to play with matches make sure you don’t leave them around to spark the flame anew. The disco isn’t actually dead. And neither am I. XOXO —Gossip Girl

TBC

written by:   Gabriella Bianca / @gengie_gege

About IJaggys

Sorry, am I supposed to know who you are?

14 responses »

  1. park heeyoung says:

    kali ini aku pertama kan??
    new version?? emg ada yg old version son???
    oh trnyata cwo yg di tlp cheonsa itu jae toh
    dan jae mantannya gabriella
    jenny malah ngomporin gabriella nih
    jgn2 tr gabriella jdi benci cheonsa

    ini donghae oon ato rada telmi sih #plak
    masa gak ngerti maksud dr “Hanya karena kita tidak bisa bersama-sama, bukan berarti aku tidak pernah mencintaimu”

  2. Na says:

    ini baru ya?
    perasaan wkt itu gue komen jg dh di part ini ._.

    next tetep ditunggu 🙂

  3. Gege says:

    Kemaren ada masalah .. Ini versi barunya ..

    XOXO -Gossip Girl

  4. Cho Miara says:

    efek orang hamil kyknya cheonsa jd keliatan dewasa…

    Jenny kyknya emang biang masalahnya dah…
    Kompor meleduk dah…
    Lah sih gabriella bknnya cewenya kyu y?
    Tp kyknya jae berperan penting bgt sm kelangsungan hidupnya…

    Okelah… Ditunggu next part nya…

  5. Gege says:

    Bingung nulis next partnya .____.

  6. aku bingung mau komen apa? Haduh kenapa malah ruwet sih. nggak jadi seung ho tapi malah jae joong. Oh my~
    Donghae yang sabar aja deh, Semoga Gabriella cepat sembuh , dan Jenny semoga cepat-cepat masuk jurang (?) *evillaugh*

  7. Gege says:

    Different story dear ^^

    xoxo -Gossip Girl

  8. superddulz7 says:

    donghea dpt telpn dari siapa ??
    wah penasran..
    Jenny jahat bangt ya jadi natagonis ni dia. hehheheh

  9. ayuu says:

    Ini dibberapa scane ngingatin gw sama 2060 nya yuli pritania deh , ntah emang kebetulam ato apa lah itu , cuma scane pas han bawa jae ke pesta , trus pas scane han masuk ke dalam ruangan pesta yg buat heecchuk dkk kaget sama pakaian han bener2 sama persis di 2060 . But , isi cerita tetp menarik lah . Cuma karakter han-hae dibuat agak agresif yah disini .

  10. Nathalie park says:

    Kasian bgt sm abang ikan??trz sbnr’y apa yg d’rencanain cheonsa smpai hrz bawa” jaejoong?????smkin seru crta’y…

  11. FisHaeGyu says:

    sI jeni apaan sih!!! ceritanya makin rumit kenapa cheonsa nggak cerita yang sebenernya sama donghae coba..

Leave a reply to Na Cancel reply